Tulisan:
Cerpen
Judul:
Tersihir
*sebetulnya ini udh d publikasikan sama temen saya yg nama nya madeline, di blog nya*
--------------------------------------- cerita mulai---------------------------------------------
"Diamlah nak mama sedang berkonsentrasi." omel mama ketika aku memasuki kamar doa mama. Seperti malam malam sebelumnya mama selalu berdiam diri di satu kamar tak berpenghuni dan gelap. Aku sendiri selalu merasa takut ketika memasuki kamar itu. "Itu tidak layak di sebut kamar!" bentak ku dalam hati.
Ketika aku telah pergi entah kemana dalam mimpi ku yang buta, ibuku baru menyudahi ritual bodoh yang sungguh menyita waktu, mengucap beribu kata yang tidak sama sekali ku mengerti. Kurasakantubuh nya yang telah renta di makan waktu pun mulai mendekap ku dengan seluruh kekakuan yang ia miliki.
Panas atau hangat? sulit bagiku untuk mendefinisikan perasaan it. Namun sangat klise kurasa. ku berpikir sejenak dan muncul pertanyaan "ayah.... pergi kemana?" namun ketika angan angan ku sedang pergi , ibu ku masuk dengan senyum manis yang menyayat hati. Ia menyuruh ku pergi membeli beberapa bumbu dapur.
Sengatan sang penguasa siang pun membakar kulitku. Sesampai di suatu kios langgananku, aku pun membeli sejumlah kebutuhsn ysng ibu suruh. Aku pun pulang kaki ku berdarah aku tidak tahan dengan panas jalanan yang menembus kaki ku.
Sesampai di rumah, tetap dalam ke bisuan. Mama mengobati telapakkaki ku. Sudah lama aku tidak menangis, sungguh. Bahkan aku sudah lupa apa itu bahagia,semua seakan lenyap ketika ayah ku pergi. Hilangh bagaikan abu tertiup angin.
Lamunan ku buyar ketika mama menggendong ku masuk ke kamar. Kamar itu gelap karena tidak ada lampu satu pun dan mentari tlah pergi seperti kepergian ayah yang tak kunjung kembali. Sesuatu memnuhi mata ku aku memlih untuk mengabaikan hal itu.
Mata ku terbuka aku bangun mencari mama. Teriakan yang tidak ku kenal. Aku berlari ke dapur melihat sosok yang ku kenal, mama sedang menghisap mata seorang anak gadis. Aku kaget namun selah mulutku terkunci. Dengan penuh kesadaran mama menampar pipiku. Sungguh pikiranku seperti terbawa angin malam yang menimbulakn gemerisk pohon beringin.
Bangun nak tegur mama. "Hari ini telah hilang anak gadis yang manghebohkan kampung" ucap mama. Aku tidak mau tau urusan orang lain. Dan banyak yang bertanya padaku tapi.. tak ada yang ku mengerti.
Tangisan seorang serigala pun mewarnai malam ini mengalun lembut bagaikan nyanyian kematian yang menghampiri desa ini . Malam ini pun mama kembali memasuki kamar itu. Hari ini kamar itu berbau amis darah yang memekakan hidung. Hujan pun mulai bocor dari poro pori langit.
Seorang kakek tua yang rapuh mengetuk gubuk kecil ku."kakek" umpat ku kecil seraya memeluk orang itu. Dia mengecup pipiku yang semerah apel. Dia menanyakan tentang mama, aku hanya berani menunjuk ke arah ruangan itu.
Kakek membukanya pintu kamar itu dan menyerukan nama mama. Seorang perempuan menengok, mata nya merah mulutnya berceceran darah, sampai aku tidak yakin kalo itu mama.Mama ku itu cantik dan muda dan rambutnya pun sehalus sutra.Aku sembunyi di belakang kakek, dia mendorong aku dan kakek keluar.
Kakek menyuruhku masuk kamar.Kamar itu di rajai oleh gelap. Takut tak sama sekali menyetuh perasaan ku. Pandangan ku kosong tak tau melihat ke mana.
Di luar kakek menyalakan api, entah kenapa aku sangat menyukai api . Kakaek ku memasuki kamar itu tanpa basa basi, aku hanya menonton dari celah kecil kamarku , celah itu aku buat untuk sirkulasi udara, kecil memang namun dari pada harus mencium bau dupa??
Di pekarangan rumah ku tangisan awan semakin kencang, kakek berteriak nama mamku sekali lagi. Dia keluar lagi. Ia monster itu kembali menampakan wajah nya dengan darah menghiasi gigi nya. Namun ku dengar di belkang ku seorang laki laki telah berdiri. Dia adalah ayah ku!! "siriakh" Panggil ayahku. Aku tak mampu berkata kata. Aku tak bisa memeluk nya karena semua terlihat transparan. Sejenak semua terasa menyedihkan ayah dan anak yang terpisah ruang dan waktu terlebih dunia.
Aku menangis, aku kembali merasa sedih, senang dan semua yang hilang dulu. Teriakan kakek memecahkan keheningan. Ayah pun hilang namun cuma senyuman nya yang tertinggal di hati ku. Aku memberanikan hati untuk membuka pintu. Aku menyaksikan nya kembali ketika mama menampar kakek ku.
Pag i itu desa ku heboh. "nak coba kamu keluar dan tanyakan apa yang terjadi" suruh mama sambil tersenyum kaku. aku pun mengaangguk, aku lihat kakek masih terlelap. Aku pun meninggal kan gubuk reot itu.
Aku bertanya pada Doni teman sebayaku yang tinggal tak jauh dari rumah ku. Dia berkata bahwa di ladang tempat mama bekerja di temukan mayat seorang laki laki dan anak gadis yang hilang beberapa waktu yang lalu, sungguh dada ku menjadi sesak.
Aku masuk kembali ke rumah ku dan menceritakan semua yang terjadi pada mama ku. Dan mama hanya membelai rambut ku sembari tersenyum. Kakek sudah bangun aku mengajak nya makan dia hanya menjawab dengan tersenyum. Tiba tiba perasaanku gundah, aku langsung mengecek ke halaman belakang rumah ku. Firasat ku benar ayam ku mati.
Kakek pulang, aku kembali kesepian. Penguasa siang berubah warna menjadi kemerahan. Aku duduk bersama mama mentap langit yang berlahan lahan menjadi hitam. "Ma" suaraku memecahkan keheningan. Mama memalingkan wajah nya, mama menatap ku sekarang, tatapan ingin tau yang terpancar dari air muka nya. "Mengapa langit menjadi hitam?" lalu mama menjawab " Langit sedang berkabung sayang, karena di tinggal penhuni nya". Aku pun tenggelam dalam rasa taku. Angin malam pun mempermainkan rambutku dan membelainya.
Aku beranjak masuk di ikuti mama. Aku masuk ke kamar sedangkan mama kembali masuk keruang terkutuk itu. Burung hantu menghiburku, kunang kunang pun seolah tak ingin ku bersedih. Namun jauh di lubuk hati ku, aku masih merindukan ayan. Sesosok orang yang sanggup membuatku bahagia.
Aku bingung mengapa aku bisa lupa akan segala hal bahkan aku lupa akan nama ku sendiri. Aku pun lupa bagaimana cara papa pergi dari rumah. Tiap tiap malam mama memberikan minuman pait yang sangat ku benci.
"Perempuan itu adalah penyihir!!" teriak warga yang berkumpul di depan rumah ku. Mereka membawa obor dan tombak. Malam pun memanas. Siapa dia?? Bukan mama yang ku lihat namun seorang wanita yang tua dan keriput.
Terlambat aku menyadari nya ternyata mama adalah seorang yang jahat dan aku di telah di buat nya tersihir dalam alam bawah sadarku. Mama mengamuk, namun aku tetap berada dalam kamar. Orang orang itu mambakar rumah ku, Aku masih dapat melihat mamku di rantai. Rumah ku hangus dengan segala isinya.
Aku menghampiri mama yang kecantikan nya pudar. Aku yang tak se wujud dengan mama namun aku bahagia aku sewujud dengan papa. Semua orang tampak ingin menghabisi mama. Aku berjalan ke arah mama. Ku usap air mata nya. dan aku pun hilang tanpa bekas. Hanya senyumku yang ku tinggal kan bersama beliau. Sebuah senyum kematian yang menutup cerita kehidupan ku yang penuh dengan drama kepalsuaan hidup..
The end
LIKE ! ♥ bagus mei :]
BalasHapusthanks jie
BalasHapushey nama gua madeline bukan made :( SAYA BUKAN ORANG BALI , BIE :D hahaha
BalasHapusiaa maap sla tuliss gw ralat
BalasHapus