my Life my World
Biegail Dairy my life it's just like a fairy tale
Rabu, 02 Mei 2012
Kamis, 16 Juni 2011
film kepergian
clasmet photo report :)
muka muka mempertahankan kemenangan kelas pemenenang nya : 8b
futsalbasket, jangan tanya gw kenapa, banyak fotony deus okey?
bakiak :)
sebetulnya ini foto udh di post di fb http://www.facebook.com/profile.php?id=1411640706
Rabu, 08 Juni 2011
lelah
Malam Berkabung
Hujan
Di Bawah Bayang Ibu
Siang hari itu tidak seperti biasanya. Mereka terlihat dingin. Mengerikan. Mereka pun tega menggretak ku. Angin mengancamku mereka menyelundup ke dalam pori - pori tubuhku dan berusaha untuk melumatkan rusukku. Namun akhirnya bunga tidur mendekapku.
Ini aku Wayan seorang plakon drama kehidupan di dunia ini. Aku satu di antara yang bernafas yang harus menelan pahitnya hidup. Aku slalu sedih. Tawaku sudah ku lupakan dan senyum ku mengguap entah kemana. Mungkin semua bahagia itu turut masuk ke liang lahat yang telah tertutup tanah. Dan akhirnya tumbuh bersama rumput dan pohon Kamboja yang subur di skeliling makam ibu.
Kamboja bunga yang sangat indah , selama bunda bernafas dulu, kecantikannya bagai bunga kamboja ini. Kulitnya lembut dan putih itu sewarna dengan bunga kamboja. Ibu adalah dewi pencerah hidupku. Namun kesempurnaan nya adalah jaring yang membelenggu ku dan membutakan ku.
Tempat tinggalku jauh dari keramaian kota Bali. Tepat nya di dekat Danau Bratan dan Gunung Catur yang menjulang membelah langit. Nama desa kecil itu adalah desa Candi Kuning . Disana tempat aku memulai hidupku di bawah naungan ibuku dan tentunya ayah ku. Ayah ku seorang bekebangsaan Belanda. Dan ia menyukai sesama jenis. Tepat di ulang tahunku yang ke empat. Orang tuaku bercerai, sepertinya ibu tak tahan di teror kekasih ayah dan kelakuan ayah yang memperlakukan ibu seperti pembantu. Maklum ibu masih ada keturunan bangsawan. Ayah sempat memintaku namun akhirnya aku tetap tinggal bersama ibu. Dan aku dengar ayah kembali ke kampung halaman nya dan menikah dengan belahan jiwanya yang menggelikan itu.
Kata nenek, leluhurku adalah seorang penari yang bertugas menghibur raja. Karena terpikat dengan kecantikan nya maka di jadikan selir.Maka kami masih bagian dari kerajaan. Kalau pertemuan ayah dan ibuku juga dengan tarian ceritanya adalah, ayah ketiak itu ayahku datang ke Bali untuk berlibur. Ibu bertugas menyambut rombongan ayah dengan tari tarian. Akhirnya ayah terpikat dengan kecantikan ibu . Keluargaku memang di takdirkan menjadi penari yang menghibur penontonnya dengan menjual kemolekan tubuh dan senyuman palsu.
Namun aku membencinya. Sungguh aku tidak bisa menari seperti saudara saudaraku yang lain. Bakat ibu ku sama skali tidak menyentuhku dan tidak membaur dengan pribadai ku. Sungguh sangat menyakitkan.
Keluarga ku sangat mendikteku. Aku seorang murid yang slalu salahdi mata sang guru. Mereka menekan ku. Mereka menyuruh ku menyerupai ibu. Terutama nenek ku. Ia begitu menuntutku untuk menjadi ibu. Ibu yang cerdas, mandiri,dan tentunya pandai menari. Mungkin beliau belum mengikhlaskan kepergian ibu. Ibu memang orang paling sempurnanya di mata nenek.
“Yan !!! Wayan bangun ayo latihan!”
Alam sadar menarikku. Bayangan mama segera hilang. Pelatih tari ku datang. Aku ogah ogahan jalan menuju pendopo untuk berlatih. Ingin rasanya aku mencabut nyawaku sehingga aku tidak perlu mengikuti latihan tari yang menyiksaku. Aku depresi. Semua kegiatan begitu mencekik ku.
Pak Ketut terlihat luwes menari dan mencaci maki muridnya yang slalu salah dan terlihat bodoh dengan gerakakn badan nya yang kaku. Selalu saja aku terkena cibiran pedas nya karena aku tak seluwes ibuku. Pertama tama tersa menyakitkan namun sekarang aku lebih baik menutup mata akan hal itu. Biarkan ia memuji saudara saudaraku yang lain. Ia memberi tau kami bahwa sebentar lagi akan ada pementasan dan seperti biasa aku ada di tempat cadangan . Aku menerima itu yang pentingmasih ada harapan tampil dan membanggakan ibu.
Hari melewati ku begitu cepat. Ia mengantarkan ku pada 13 Juni. Pak Ketut menyuruh kami berkumpul. Hari ini adalah hari pementasan tarian kami. Aku tetap berdiam menjadi cadangan. Mungkin Tuhan adil, salah satu saudara ku jatuh sakit. Akhirnya aku memulai pemanasan. Aku tersenyum senyum yang gila! Senyum yang menantang maut.
Suara gamelan menari nari lincah di telingaku. Malam itu aku berlaga. Tak lupa aku memasukan sebuah jimat. Jimat yang mengkilap yang sangat hebat.
Aku naik dan berlaga. Melanggak lenggok seperti kesurupan karena geraka ku sungguh molek.Senyuman yang ter obral di wajah ku adalah senyum penyambutan tamu dan menyongsong maut. Pertengahan lagu aku berjalan ketengah. Tersenyum palsu. Tak lama aku mengeluarkan jimat perk itu. Tepat terkena sinar bulan memantulkan keagungannya dan tak lama ia tlah menghantarku bertemu ibuku tepat di akhir lagu.